Senin, 21 Juni 2021

Menulis Dikala Sakit

 " Keterbatasan bukan menjadi penghalang bagi saya untuk bekerja dan berkarya, oleh karena itu untuk bapak ibu yang diberi kesehatan gunakan waktunya untuk belajar,belajar dan belajar" demikianlah penggalan kata-kata Cang Ato narasumber kita malam hari ini melalui voicenotenya. 

Nama lengkap beliau adalah Suharto,S.Ag., M.Pd yang akrab dipanggil Cang Ato. Seorang guru di MTs N 5 Jakarta Kementrian Agama DKI Jakarta, dengan Bidang study Fikih (hukum Islam). Pendidikan S1 IAIN Jakarta dan S2 UNISMA Bekasi.


Hasil karya-karya beliau diantaranya adalah Buku Solo "Mengejar Azan" tahun 2018, "GBS Menyerangku" tahun 2020, "Menuju Pribadi Unggul" tahun 2020, "Kisah Inspiratif Seni Mendidik Diri" tahun 2021, "Belajar Tak Bertepi" tahun 2021. Buku Antologi diantaranya "Bukan Guru Biasa" tahun 2017 dan "Kisah Guru Inspiratif" tahun 2020.

Siapa sangka dalam kondisi yang serba terbatas beliau berhasil melahirkan begitu banyak karya. Sebelum divonis sakit GBS, beliau memang sudah punya keinginan untuk bisa menulis. berbagai upaya ditempuhnya. Mulai dari membeli buku tentang tulis menulis, mengikuti acara jurnalis sampai akhirnya beliau ikut dalam kegiatan literasi sekolah. Dimana peserta didik diwajibkan untuk membaca buku dan beliaupun ikut membaca buku. Dari sinilah beliu tertarik menulis namun tidak pernah berhasil untuk merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat.Walaupun pernah menulis namun tidak pernah jadi.

Kemudian beliau mencoba mencari wadah pelatihan menulis.Melalui Facebook beliau mendapat informasi tentang pelatihan menulis di wisma UNJ. Di sinilah beliau mengenal pak Namin,Om Jay, Om Dedi dan yang lainnya hingga akhirnya beliau sering mengikuti kegiatan-kegiatan menulis.

Dari pelatihan menulis ini, Cang Ato sedikit banyak mengetahui cara menulis. Terutama nasehat Om Jay "Tulis apa yang ada di sekitar kita, tulis yang sederhana dahulu, tulis yang kamu bisa dan kuasai, serta mulailah menulis  apa yang kamu alami dan rasakan". Dan kalimat inspiratif yang menjadi kartu nama beliau"Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi"

Selain itu Cang Ato juga berguru melalui media guru. Dari sini beliau menerbitkan buku solo perdananya"Mengejar Azan" yang bercerita tentang perjalanan menuntut ilmu. Dasarnya dari Om Jay kemudian dipoles oleh media guru.

Kebahagiaan tak terkira saat itu hingga teman -teman beliau banyak yang ingin memiliki buku tersebut.

"Namun untung tak dapat diraih dan malang tak dapat dihindari. Tetiba badai tornado menghantam tubuh yang ganteng ini. Lumpuh total tidak ada bisa bergerak bahkan nafaspun tak bisa. Hanya tersisa mata,telinga,dan memori. Innalilahi wa inna Ilaihi Roji'un",tutur beliau dengan emote sedih.

"1,5 bulan diruang ICU,3 bulan di ruang HCU, 2 Minggu di ruang inap biasa. Pulang dalam kondisi lumpuh. Satu tahun tak bergerak, setelah satu tahun mulai ada gerakan tangan, butuh 6 bulan tangan kiri bisa memegang wajah,lalu disusul tangan kanan. Jari tangan masih kaku dan tidak bisa menggenggam. Untuk menekan remot saja tidak mampu. Suntuk itu pasti. 1,5 tahun hanya berbaring,tidak tahu perkembangan dunia luar seperti apa, Oh my God" begitu beliau melanjutkan kisahnya.

Betul-betul kondisi yang memprihatinkan. Namun ilham itu datang dikala tiba-tiba Cang Ato mendengar dering bunyi ponsel sang istri yang kebetulan tertinggal. Kemudian Cang Ato meminta asisten rumahtangga untuk meletakkan didada beliau dan mencoba membukanya, alhamdulillah bisa terbuka. Akhirnya Cang Atopun teringat dengan handphonenya.

Setelah istri beliau pulang , beliaupun meminta istrinya mencarikan Handphonenya dan membelikan kartu baru karena sudah lama mati. Dari sinilah kemudian Cang Ato mencoba menulis. Walau agak sulit karena tidak bisa menggenggam Cang Ato meminta dibelikan alat bantu HP. Kemudianalat bantu disangkutkan pada jari jempol tangan kiri dan menulis menggunakan jari tengah. Baguslah jari manis dan jari kelingkingnya tertekuk hingga tak menghalanginya untuk menulis. Cang Ato mulai mengetik menggunakan jari tengahnya yang terpanjang. "Ternyata semua yang terjadi ada hikmahnya, maka itu syukuri saja dan jangan mengeluh pasti Tuhan punya maksud tertentu" begitu pesan beliau.

Kemudian Cang Ato mulai melacak facebooknya. Butuh waktu 3 hari untuk dapat melacaknya. Kemudian beliau memposting kondisinya,  hingga banyak simpati  dan empati berdatangan. Kemudian dalam hati Cang Ato berfikir kenapa tidak menulis sesuatu yang bermanfaat untuk orang banyak. 

Sejak saat itu Cang Ato mulai menulis artikel sederhana tentang motivasi hidup disamping menulis tentang apa yang dialami Cang Ato sendiri. Banyak respon positif  berdatangan, hingga banyak yang menunggu tulisan berikutnya. Hal ini membuat tambah samangat Cang Ato untuk menulis hingga belum bisa tidur kalau belum mempunyai bahan untuk ditulis keesokan harinya. Setiap habis sholat subuh hingga jam 7 beliau menulis. Beliau menulis sambil rebahan di atas kasur. Setelah bisa duduk baru menulis di atas roda. Beliau bisa menulis dimana saja, kadang sambil berjemur diluar rumah, atau didalam mobil sambil menikmati macatnya arus lalulintas. Kadang juga sambil menunggu panggilan dokter saat kontrol di rumah sakit, atau sambil terapi. "Pokoknya dimana saja saya ada disitulah saya menulis" begitu tutur beliau.





Saya sangat terharu dan takjub mengikuti kisah Cang Ato yang mempunyai semangat luar biasa. Tentu saja berkat dukungan istri beliau dan keluarga yang ikut berjuang demi kesembuahan beliau. 
Dengan kalimat sakti Om Jay "Menulislah setiap hari dan lihat apa yang terjadi" menjadi penyemangat Cang Ato untuk terus berjuang melawan penyakitnya dengan menulis, sehingga menulis menjadi salah satu terapi untuk kesembuhan beliau. Bahkan beliau berhasil mengajak teman-teman guru dan murid murid beliau untuk menulis,juga teman-teman di media sosial ikut menulis karena terinspirasi beliau.

Dari sinilah lahir karya-karya beliau secara estafet. Sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya. 
Kemustahilan versus realita  berwujud keniscayaan. kalau kita mau belajar,belajar, dan belajar pastilah kita bisa. 

Kita patut mengambil hikmah dari kisah beliau. Terus berjuang pantang putus asa. Yakin Alloh Maha Pengasih dan Penyayang. Setiap kesulitan ada kemudahan. Setiap Ujian ada hikmah dibalik ujian, hanya kadang manusia belum mampu memahaminya.
Inilah buku-buku karya beliau.







Dan dalam penutup sesi malam hari ini beliau berpesan:                     
1. Jngan takut untuk menulis, menulis saja
2. Jangan menunggu pintar baru menulis, menulis saja dahulu nanti pasti pintar. 
3. Awali menulis yang sederhana, yang  kita bisa dan yang kita kuasai. 
4. Mulailah dengan apa yang kita alami dan rasakan, itu lebih mudah. 
5. Untuk memperkaya tulisan kita, silahkan baca tulisan-tulisan orang lain.

Kita dapat lebih mengenal beliau melalui 
Facebook  : Suharto Harto/ cing Ato





Heri/Tanggal         : Jum'at 18 Juni 2022
Pertemuan ke         : 28
Tema                      :  Menulis Dikala Sakit
Nara Sumber          :  Suharto,S.Ag., M.Pd
Gelombang             : 18

















;





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KMAC#6. DARI KOPRAL JONO HINGGA MAYOR JONO

  KMAC#6. DARI KOPRAL JONO HINGGA MAYOR JONO Ini adalah kisah perjalanan hidupku selama mendampingi suami yang seorang anggota TNI-AD. Disin...