Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin saya ucapkan atas segala puji bagi Allah yang telah memberikan kenikmatan kepada kami untuk belajar menulis di pertemuan yang ke-13 ini. Pertemuan di siang ini kami kembali mengikuti Pelatihan Belajar Menulis Gelombang 18. Tema yang akan dipelajari pertemuan ke-13 saat ini mengenai "Kiat Menulis Cerita Fiksi". Pak Sudomo, S.Pt. akan hadir sebagai narasumber pertemuan ini dengan dipandu oleh Ibu Kanjeng atau Ibu Sri Sugiastuti sebagai pembawa acara.
Bu Kanjeng langsung membuka acara pada
siang hari ini tepat pukul 13.00. Sembari menunggu narasumber bersiap diri, Bu
Kanjeng memperkenalkan profil Pak Sudomo, S.Pt. kepada peserta. Beliau lahir di
Sukoharjo pada tanggal 27 Maret 1975, yang terkenal dengan Momo DM sebagai nama
penanya. Saat ini profesi yang ditekuni Pak Sudomo adalah sebagai guru IPA di
SMP Negeri 3 Lingsar, Lombok Barat. Akan tetapi, Pak Sudomo ternyata adalah
salah satu lulusan Universitas Diponegoro jurusan Peternakan.
Tak hanya itu, Pak Sudomo juga telah menghasilkan
berbagai macam karya buku. Berdasarkan biodata yang diberikan, ada 10 buku
fiksi dan 2 buku non-fiksi yang telah digarapnya. Selanjutnya, beliau juga
telah meraih banyak penghargaan dalam lomba menulis, baik itu puisi, cerpen,
review, novel, dan cerita rakyat. Begitu pun dengan lomba menulis lainnya yang
berkaitan dengan pendidikan seperti PTK dan desain pembelajaran. Wah luar
biasa! Kiprah Pak Sudomo ini bisa saya jadikan semangat untuk terus menulis!
Kini kami beranjak pada penyampaian materi
oleh Pak Sudomo yang telah siap memberikan pengalaman dan ilmu yang dimilikinya.
Sebelum memperkenalkan diri, Pak Sudomo mengawali pertemuan ini dengan memberi
salam kepada peserta. Lalu beliau melanjutkannya dengan menceritakan awal mula
menyukai kegiatan menulis fiksi meskipun seorang guru IPA.
Kecintaannya pada menulis fiksi semakin
berkembang ketika beliau mengikuti pelatihan menulis gelombang 16. Pak Sudomo
juga mengakui bahwa fiksi sudah menjadi sebuah passion untuknya. Maka dari itu,
ketika menjadi peserta diwajibkan membuat resume, beliau menuliskannya dengan
gaya fiksi. Sebab sudah sejak tahun 2011 beliau menekuni dunia fiksi sebagai
sebuah karya yang menarik.
Bahkan Pak Sudomo merupakan anggota dari
salah satu komunitas penulis fiksi. Dalam komunitas tersebut, beliau juga
sering berdiskusi dengan para penulis fiksi dan mengikuti pelatihan-pelatihan
kelas menulis fiksi serta sering membuat antologi buku fiksi. Sampai di tahun
yang sama, Pak Sudomo membuat karya buku fiksi pertamanya dengan judul
"Cermin". Buku ini merupakan sebuah kumpulan cerita kilat, 123 kata,
dengan tema besarnya tentang "Ibu".
Perjalanan proses kreatif dalam menulis
cerita fiksi Pak Sudomo masih terus berlanjut, hingga pada tahun 2017 beliau
mulai menekuni menulis cerpen. Pada mulanya, beliau mencoba berduet dengan
seorang penulis cerpen bernama Irit Sibarani hingga berhasil menerbitkan sebuah
buku kumpulan cerpennya di penerbit Media Kita.
Masih di tahun yang sama, Pak Sudomo
akhirnya memutuskan untuk memulai beralih pada genre baru yaitu cerita anak. Hingga
beliau menerbitkan buku berjudul "Pahlawan Anti Korupsi" yang
diterbitkan oleh penerbit MNC grup Gramedia. Meski pada akhirnya, yang
disetujui oleh editor hanya 12 cerita. Namun, beliau diminta menjabarkan 9
nilai anti korupsi yang ada menjadi 27 cerita. Masuk pada inti materi, Pak
Sudomo memaparkan tentang kiat menulis cerita fiksi.
Sebagai penjelasannya, Pak Sudomo
membaginya dengan beberapa pertanyaan:
1. Mengapa Belajar Menulis Cerita Fiksi?
Mengapa hal ini penting dilakukan oleh semua
guru, padahal jika dipikir ulang ada guru Bahasa Indonesia yang lebih
berkompeten untuk mengajarkannya. Berikut alasan utamanya menurut pak Sudomo
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
2. Apa Syarat Bisa Menulis Cerita Fiksi?
Peserta diarahkan pada kriteria atau
persyaratan yang harus dimiliki agar bisa menulis cerita fiksi yang dipaparkan
melalui jawabannya berikut:
3. Apa Saja Bentuk Cerita Fiksi?
Ada beberapa jenis cerita fiksi yang dapat kita
pelajari untuk menentukan passion masing-masing dalam menulis fiksi. Berikut
pembagian kelompok cerita fiksi lengkap dengan ciri-cirinya.
4. Apa Saja Unsur Pembangun Cerita Fiksi?
Secara umum unsur-unsur pembangun cerita
fiksi dapat dipelajari berdasarkan gambar berikut.
Lebih lanjut, Pak Sudomo menjabarkan
pengertian dari tiap unsur di atas:
a. Tema, merupakan ide pokok cerita. Pilihlah
tema yang akrab dengan kita, di mana bahannya mudah diperoleh, dan ruang
lingkupnya spesifik.
b. Premis, yaitu ringkasan cerita dalam
satu kalimat yang terdiri dari karakter, tujuan tokoh, rintangan/halangan, dan
resolusi. Semua unsur oremis dikemas dalam sebuah kalimat yang utuh. Inilah
yang menjadi dasar untuk dikembangkan menjadi sebuah cerita.
d. Penokohan,
yaitu penjelasan secara detail mengenai karakter dalam cerita.
e. Latar atau setting, yakni penggambaran
tentang suasana, waktu, maupun tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam
cerita.
f. Sudut pandang atau dikenal dengan
istilah POV (point of view), yakni bagaimana cara penulis menempatkan dirinya
dalam cerita.
5. Bagaimana Kiat Menulis Cerita Fiksi?
Pak Sudomo membagikan slide berikut ini tentang
ringkasan gambaran mengenai proses menulis cerita fiksi.
Segala hal ataupun kegiatan yang dilakukan kita selalu bergantung pada niat awal. Jika niat awal penulis sudah kuat untuk belajar menulis fiksi, maka selanjutnya yang dilakukan adalah membaca. Bacaan yang wajib dikonsumsi yaitu karya-karya fiksi orang lain (penulis ternama). Berikutnya, menentukan ide (tema dan premis) dan genre yang sesuai dengan passion kita (anak-anak, remaja, dewasa, dsb). Kemudian buatlah outline dan kembangkan menjadi sebuah tulisan yang utuh. Hingga lakukan pada tahap swasunting (revisi dan edit) dan yang terakhir adalah proses publikasikan karya dari cerita yang telah kita buat.
Demikianlah materi yang disampaikan oleh
Pak Sudomo selaku narasumber pada pertemuan ini. Berikutnya ada pertanyaan
pertama yang datang dari moderator, Ibu Kanjeng pada sesi tanya jawab. Bu
Kanjeng menanyakan apakah seri atau jenis pentigraf dapat dijadikan buku
antologi? Lalu Pak Sudomo menjawab bahwa pentigraf dapat dijadikan buku
antologi dengan syarat mengangkat satu tema besar, atau bisa juga beberapa tema
yang sejenis. Untuk outline sama seperti cerita fiksi pada umumnya. Hingga
pertanyaan-pertanyaan kritis lainnya yang menghantarkan kita pada penghujung
pertemuan hari ini.
Pak Sudomo mengajak peserta untuk terus
belajar dan menjadi seorang pembelajar pada closing statement-nya lalu
memberikan salam undur diri.
Sebelum pertemuan hari ini ditutup, Bu
Kanjeng sebagai moderator mengucapkan terima kasih kepada Pak Sudomo atas
materi yang telah disampaikan. Demikian juga kami para peserta, menyampaikan
banyak terima kasih atas ilmu yang telah diberikan Pak Sudomo. Sekian pertemuan
hari ini yang penuh dengan semangat dan motivasi dari narasumber. Semoga kami
bisa menerapkan ilmu yang diberikan untuk semangat dalam menulis buku fiksi.
Aamiin…
Hari/tanggal :Senin, 3 Mei 2021
Pertemuan : ke 13
Narasumber : Bpk Sudomo ,S.Pt
Gelombang : 18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar