Alhamdulillah pelatihan menulis gelombang 18 sudah memasuki materi ke 11. Meskipun semakin banyak kesibukan melanda karena dilaksanakannya Ujian Sekolah , namun tugas membuat resume ini harus saya selesaikan demi mendapatkan mahkota seorang penulis.
Pada siang hari ini akan dibawakan oleh moderator yang tak asing lagi yaitu Mr.bams, dengan nara sumber Bapak EdyS .Mulyanta
Pada pertemuan ini, Pak Edi membagi
pengalamannya selama hampir 1 tahun ini terkait kendala dalam dunia penerbitan
yang baru ditemuinya yaitu pandemi covid-19. Adanya wabah ini mampu mengubah
perputaran bisnis di semua bidang termasuk penerbitan buku seperti industri yang
saat ini dijalaninya.
Pak Edi mengatakan bahwa baru bulan Maret
2021, kegiatan penerbitan yang dijalaninya dapat dikatakan sudah kembali
berjalan normal seperti biasa. Akan tetapi tantangan yang telah ditimbulkan
akibat pandemi tidak mudah dilalui dan diselesaikan dalam waktu dekat. Beliau
menambahkan bahwa dunia penerbitan saat ini baik itu penerbit mayor maupun
penerbit minor menghadapi sesuatu permasalahan yang hampir sama dengan
kehidupan usaha yang lain sekarang di masa pandemi yang belum tahu kapan pasti
berakhir.
Dunia penerbitan adalah dunia bisnis
semata, yang tentunya diikuti dengan idealisme di dalamnya. Maksudnya adalah di
dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah keuntungan atau dapat
dikatakan berujung pada nominal uang. Sementara outlet utama bisnis penerbitan
buku adalah pasar toko buku yang paling utama. Toko buku inilah yang menjadi
soko guru dari bisnis ini sehingga ketergantungan ini sudah menjadi suatu
ekosistem yang khas dalam dunia penerbitan.
Sistem Perbukuan adalah tata kelola
perbukuan yang dapat dipertanggungjawabkan dan terpadu, yang mencakup
pemerolehan naskah, penerbitan, pencetakan, pengembangan buku elektronik,
pendistribusian, penggunaan, penyediaan, dan pengawasan buku. Hal ini sudah
tertuang dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 2017, tentang sistem perbukuan di
Indonesia. Akan tetapi saat ini yang bermasalah adalah dalam tahap
pendistribusian materi yang telah diproses untuk dapat meningkatkan literasi
baca di Indonesia.
Tugas penerbit adalah mendapatkan -Naskah-
yang tentunya dapat diproses menjadi buku untuk menghasilkan keuntungan,
sehingga bisnis penerbitan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi
bagi masyarakat secara umum. Sementara pengertian naskah buku adalah draf karya
tulis dan/atau karya gambar yang memuat bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.
Tugas penulis adalah menghasilkan Naskah Buku yang memenuhi kriteria bagi
penerbit. Penerbit akan mengolah Naskah Buku tersebut menjadi komoditas berupa
buku cetakan maupun buku elektronik menyesuaikan perkembangan jaman.
Karena begitu pentingnya luaran atau
outcomes dari beberapa profesi pendidik, sehingga tumbuh subur pula penerbit-penerbit
yang menyalurkan hasil pemikiran penulis dalam bentuk buku yang ber ISBN. Setiap
penerbit diperbolehkan untuk mengajukan Nomor ISBN ke perpustakaan nasional. Di
dalam perkembangannya, perpustakaan nasional memberikan penanda tertenu dalam
ISBN untuk menunjukkan skala produksi penerbitannya. Skala produksi ini hanya
menunjukkan kemampuan output buku yang dihasilkan serta kemampuan distribusinya
ke masyarakat luas. Berikut manfaat ISBN selengkapnya.
Aturan pemerintah, terkadang bergerak
mengikuti dinamika masyarakat. Karena banyaknya terbitan yang diajukan sebagai
syarat Jabatan Fungsional, akhirnya pemerintah terkadang memberikan syarat
tertentu untuk mempermudah klasifikasi pemberian nilai indeks di angka kredit.
Sehingga munculah penerbit skala mayor (nasional) dan skala regional saja. Bahkan
di luaran Pendidikan Tinggi, jelas mensyaratkan untuk mendapatkan nilai angka
kredit nasional harus diterbitkan di penerbit skala nasional (minimal 3
propinsi kantor pemasaran).
Pak Edi juga mengatakan bahwa penerbit saat
ini sedang mereposisi diri untuk tetap bertahan, walaupun tentunya tidak akan
mudah. Sehingga mereka membuka saluran-saluran promosi baru untuk masih tetap
mengobarkan semangat literasi di perbukuan. Saluran-saluran digital dapat
menjadi alternatif untuk tetap berkembang mendistribusikan ilmu pengetahuan. Bahkan
beliau mencoba mengembangkan channel TV Andi di Youtube, dan mengembangkan
Production House Andi Academy, untuk tetap mengobarkan semangat untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penerbitan buku.
Saat sesi tanya jawab, Pak Edi menjelaskan
bahwa ada kendala yang paling sering dijumpai adalah proses pemasaran buku saat
naskah penulis telah menjadi buku. Tidak semua saluran dapat menerima buku
tesebut, sehingga perlu sekali memelajari karakter penerbit dalam menerbitkan
buku sehingga dapat seirama dengan keingingannya.
Lalu beliau juga memberitahu bagaimana cara
memasukkan tulisan kita ke penerbit yaitu dengan membuat proposal ke penerbit.
Proposal tersebut berisi garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit.
Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline tulisan, pesaing buku dengan
tema yang sama, positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan,
dll).
Selanjutnya Pak Edi pun memberi pengetahuan
terakhir mengenai buku yang baik itu harus dipersiapkan naskahnya terlebih
dahulu oleh penulis. Kesatuan penyajian dan pembahasaan dapat dibantu oleh
penerbitnya. Pada dasarnya ketiganya harus menyatu dengan baik, hal ini butuh
kerjasama, komunikasi saat proses penerbitan antara penulis dan penerbit.
Demikianlah pertemuan hari ini diakhiri
dengan untaian kata yang sangat menyemangati kami untuk terus menulis “ meninggalkan jejak-jejak pengalaman hidup
dalam bentuk media apapun, dan buku akan tetap menjadi keabadian yang akan
merekam jejak penelusuran petualangan kita di dunia ini untuk anak cucu kita besok
dikemudian hari…,Yogyakarta 28 April 2021 .
Hari /tanggal : Rabu,28 April 2021
Pertemuan ke : 11
Tema : Penerbit mayor
Nara Sumber : Bapak Edy S. Mulyanta
Gelombang : 18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar