Minggu, 02 Mei 2021

Kiat-kiat Jitu Menjadi Penulis Handal dan Tembus Penerbit Mayor

 

Pertemuan ke-12 kali ini sebagai moderator adalah Mr.Bams  dengan narasumber Bapak Joko Irawan Mumpuni dari Penerbit Mayor. Beliau merupakan Direktur Penerbit ANDI, Ketua I, IKAPI DIY, sekaligus seorang penulis buku bersertifikat BNSP dan merupakan Assesor BNSP. Materi kali ini akan cukup menarik karena akan membahas mengenai cara menulis sebuah buku yang baik supaya dapat diterima penerbit.


Sebelumnya perlu diketahui bahwa ada dua jenis buku yang beredar di pasar luas yaitu yang pertama buku teks dan buku non teks. Buku teks sendiri juga dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu buku pelajaran dan buku perguruan tinggi. Buku pelajaran dibagi berdasarkan kelas yaitu SD hingga SMA, tidak seperti buku perguruan tinggi yang dibagi berdasarkan eksak dan non eksak. Sedangkan buku non teks juga dibagi menjadi dua yaitu fiksi dan non fiksi.

Berikut ini dijabarkan beberapa contoh jenis buku yang sudah diterbitkan, yang pertama satu judul buku ditulis oleh satu penulis, lalu satu judul buku ditulis oleh lebih dari satu penulis, buku yang diterbitkan dengan kerjasama dengan banyak lembaga, ada juga buku yang bekerjasama dengan kampus, dan yang terakhir ada satu judul buku ditulis konsorsium penulis.







Bapak Joko memberikan beberapa referensi buku tersebut sebagai bahan motivasi dan acuan guru-guru semua yang mengikuti pelatihan ini untuk mulai produktif dan semangat menulis. Karena beliau mengatakan bahwa, “tidak ada guru yang tidak bisa menulis, yang ada adalah guru yang malas menulis”. Bapak Joko juga mengilustrasikan hal tersebut melalui gambar berikut ini.



Bapak Joko juga menjelaskan bahwa lembaga Penerbitan adalah suatu lembaga yang bersifat profitable di mana memang tujuan akhirnya adalah mengambil keuntungan. Hal ini memang menjadi tujuan utama sebagai salah satu bisnis yang dijalaninya untuk menyambung kehidupan dan juga membayar karyawan mereka. Oleh karena itu tidak mungkin sebuah Penerbit akan menerima buku yang tidak akan laku di pasaran. Sebab hal itu hanya akan mendatangkan kerugian baginya.

Secara singkatnya dari ilustrasi di atas yaitu dalam ekosistem penerbitan ada empat bagian yaitu penerbit, penyalur, pembaca/target market, terakhir adalah penulis. Jika sebuah buku berhasil diterbitkan maka yang mendapatkan untung adalah market placenya seperti Gramedia yang sudah mengambil untuk kurang lebih 40% dari harga jualnya. Sedangkan penulis hanya akan mendapat kurang lebih 5% dari harga jual dan yang terakhir penerbit yang hanya mendapat keuntungan 3% dari harga jual dengan resiko yang lebih besar. Penerbit yang akan menanggung resiko terbesar dari laku atau tidaknya sebuah buku yang dijual di pasaran. Sebab penulis hanya akan berkurang royaltinya saja jika bukunya tidak laku terjual.

Ada beberapa hambatan tentang literasi negara kita jika dibandingkan dengan negara lain, di Indonesia masih sangat jauh. Sebab minat baca bangsa timur itu masih rendah, karena kebanyakan orang Indonesia memiliki kecenderungan untuk menonton. Maka dari itu tayangan TV dan juga Youtube saat ini sangat laris di Indonesia. Selain itu, minat bangsa kita itu bukan menulis tetapi lebih cenderung untuk mengobrol dengan orang lain. Sehingga sangat sulit untuk bisa mengubah kebiasaan tersebut karena sudah menjadi suatu budaya.

Maka dengan adanya pelatihan seperti ini diharapkan mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan tersebut menjadi lebih produktif. Sebab orang yang pintar menulis biasanya karena dia sering membaca buku. Orang yang memiliki minat baca tinggi akan menghasilkan tulisan yang baik.

Hambatan selanjutnya adalah apresiasi hak cipta, maksudnya adalah buku-buku best seller yang laris di Indonesia saat ini rawan sekali beredar bajakannya. Terlebih ada terbitan berupa e-book yang dapat dilihat melalui internet. Hal ini tidak bisa dikendalikan lagi oleh penerbit karena menyangkut mental dan budaya orang Indonesia sendiri.

Selanjutnya Bapak Joko menjelaskan proses sebuah naskah hingga menjadi buku dengan bagan sebagai berikut.



Dari bagan tersebut pertama penulis mengirimkan naskah kepada penerbit yang akan dinilai. Jika naskah tersebut dirasa akan laku dan menguntungkan maka naskah diterima. Lalu penerbit memberikan surat pemberitahuan permintaan untuk mengirimkan softcopy naskah secara utuh serta menandatangani surat perjanjian tersebut di atas materai yang sudah ditempelkan. Jika naskah sudah dikirim maka penerbit akan melakukan pengeditan terlebih dahulu sampai proses setting. Setelah proses setting selesai maka akan dibuat cover dan dibuat dami yaitu buku cetakan satu saja yang menyerupai buku aslinya untuk dikirim kepada penulis supaya dikoreksi agar tidak ada kesalahan yang fatal. Proses terakhir yaitu buku dikirim kembali ke penerbit untuk dicetak dan dipasarkan.

Lalu Bapak Joko juga menjelaskan bagaimana cara memilih penerbit buku yang baik adalah melihat jaringan pemasarannya yang terpenting. Pilih penerbit yang memiliki jaringan pemasaran nasional, kemudian kejujuran dalam pembayaran royalty. Karena penulis tidak tahu rekap penjualan semuanya, sehingga sangat perlu untuk mencari penerbit yang jujur dan dapat dipercaya.



Selain itu, penulis juga wajib mengetahui ciri-ciri penerbit yang harus diwaspadai. Sebab kini marak beredar oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang mengaku sebagai penerbit padahal mereka hanyalah seorang broker naskah yang mencari naskah untuk dijual ke penerbit dan akan merugikan penulis tersebut. Karena selain rugi finansial, penulis akan merugi karena nama penulis tidak akan dicantumkan di bukunya sendiri, melainkan nama orang lain yang telah membelinya.

Selanjutnya ada 4 hal yang akan diperoleh penulis saat tulisannya berhasil diterbitkan yaitu kepuasan, reputasi, karir, dan uang. Pertama peningkatan finansial akan diperoleh dari royalty individual dan rombongan. Kerja sama antara penulis dan penerbit sebenarnya tidak hanya royalty, tetapi juga dengan dijual putus atau dikontrak sesuai perjanjian awal. Selain itu penulis akan mendapat keuntungan lain yaitu memiliki kepopularitasan dan reputasi yang akan menambah rejeki pemasaran bukunya. Sebab dia akan sering menjadi pembicara di seminar-seminar bergengsi.

Berikutnya juga dijelaskan mengenai sistem penilaian penerbitan yaitu dengan bagan berikut. Terkadang penerbit tidak akan melihat bagaimana bobot editorial naskah yang kurang lebih hanya berpengaruh 10%, jika peluang potensi pasar dalam tulisan tersebut dirasa besar yaitu 50%-100%. Sebab hal ini yang akan membuat buku tersebut laku di pasaran dan mendapat keuntungan besar. Selanjutnya ada bobot keilmuan 30% dan reputasi penulis 10%.

Dari kriteria tersebut ada empat macam naskah yang akan diterbitkan yaitu yang pertama tema tak popular penulis popular (melihat reputasi penulis), kedua tema popular penulis popular (paling disukai penerbit), tema popular penulis tak popular (penulis baru), terakhir tema tidak popular dan penulis tidak popular (buku ini yang biasanya akan ditolak penerbit).

Materi yang disampaikan Bapak Joko dalam pertemuan kali ini sangat bermanfaat bagi guru-guru yang mengikuti pelatihan. Sebab dengan informasi dan pengetahuan yang diberikan oleh beliau, membuat kami terpacu untuk memulai produktif dalam menulis dan berkarya. Memasuki sesi tanya jawab, Pak Joko menjawab salah satu pertanyaan peserta dengan memberi arahan jika untuk menerbitkan buku solo pertama kali alangkah lebih baik membayar sendiri. Sebab dengan mencetak buku sendiri dan disebarluaskan kepada rekan-rekan yang lain maka akan membuat pangsa pasar baru. Sehingga untuk karya yang kedua dan selanjutnya kita sudah memiliki pasar sendiri untuk menjual buku kita.

Beliau juga menjelaskan bahwa Penerbit ANDI bisa saja menerbitkan autobiografi. Akan tetapi dengan catatan bahwa autobiografi tersebut adalah tokoh-tokoh nasional yang terkenal. Sebab autobiografi biasanya bukan berupa tokoh, hal ini yang membuat penerbit berpikir dua kali untuk menerbitkannya. Bapak Joko juga memberi saran kepada Omjay yang bertanya hal tersebut bahwa jika ingin menulis autobiografi pilihlah judul yang inspiratif sehingga menarik perhatian pembaca meskipun isinya biografi.

Selanjutnya Bapak Joko juga memberitahu kisaran halaman yang sesuai dengan judul buku. Beliau mengatakan jika jumlah halaman sebuah buku harus sesuai dengan judulnya. Sesi tanya jawab pun sudah selesai. Ibu Rita sebagai pembawa acara juga mempersilakan Bapak Joko untuk memberikan closing statement.

Sampailah di penghujung acara yang ditutup dengan statement Bapak Joko sebagai berikut, “jika ada lima ekor burung hinggap di dahan, tiga di antaranya ingin terbang. Maka berapakah jumlah burung yang masih hinggap di pohon? Jawabannya adalah lima, karena yang tiga belum terbang melainkan baru ingin. Sama halnya dengan pertanyaannya berapa yang ingin menjadi penulis yang sudah menulai menulis? Tidak hanya ingin menulis.”



 Hari,tanggal     : Jum'at, 30 April 2021

Pertemuan ke    :  12

Tema                 :   Penerbit Mayor

Nara Sumber     :   Bapak Joko Irawan Mumpuni

Gelombanng      :   18



1 komentar:

KMAC#6. DARI KOPRAL JONO HINGGA MAYOR JONO

  KMAC#6. DARI KOPRAL JONO HINGGA MAYOR JONO Ini adalah kisah perjalanan hidupku selama mendampingi suami yang seorang anggota TNI-AD. Disin...