Pertemuan ke-12 kali ini sebagai moderator adalah Mr.Bams dengan narasumber Bapak Joko Irawan Mumpuni dari Penerbit Mayor. Beliau merupakan Direktur Penerbit
ANDI, Ketua I, IKAPI DIY, sekaligus seorang penulis buku bersertifikat BNSP dan
merupakan Assesor BNSP. Materi kali ini akan cukup menarik karena akan membahas
mengenai cara menulis sebuah buku yang baik supaya dapat diterima penerbit.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa ada dua
jenis buku yang beredar di pasar luas yaitu yang pertama buku teks dan buku non
teks. Buku teks sendiri juga dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu buku pelajaran
dan buku perguruan tinggi. Buku pelajaran dibagi berdasarkan kelas yaitu SD
hingga SMA, tidak seperti buku perguruan tinggi yang dibagi berdasarkan eksak
dan non eksak. Sedangkan buku non teks juga dibagi menjadi dua yaitu fiksi dan
non fiksi.
Berikut ini dijabarkan beberapa contoh
jenis buku yang sudah diterbitkan, yang pertama satu judul buku ditulis oleh
satu penulis, lalu satu judul buku ditulis oleh lebih dari satu penulis, buku
yang diterbitkan dengan kerjasama dengan banyak lembaga, ada juga buku yang
bekerjasama dengan kampus, dan yang terakhir ada satu judul buku ditulis
konsorsium penulis.
Bapak Joko memberikan beberapa referensi
buku tersebut sebagai bahan motivasi dan acuan guru-guru semua yang mengikuti
pelatihan ini untuk mulai produktif dan semangat menulis. Karena beliau
mengatakan bahwa, “tidak ada guru yang tidak bisa menulis, yang ada adalah guru
yang malas menulis”. Bapak Joko juga mengilustrasikan hal tersebut melalui
gambar berikut ini.
Bapak Joko juga menjelaskan bahwa lembaga
Penerbitan adalah suatu lembaga yang bersifat profitable di mana memang tujuan
akhirnya adalah mengambil keuntungan. Hal ini memang menjadi tujuan utama
sebagai salah satu bisnis yang dijalaninya untuk menyambung kehidupan dan juga
membayar karyawan mereka. Oleh karena itu tidak mungkin sebuah Penerbit akan
menerima buku yang tidak akan laku di pasaran. Sebab hal itu hanya akan
mendatangkan kerugian baginya.
Secara singkatnya dari ilustrasi di atas
yaitu dalam ekosistem penerbitan ada empat bagian yaitu penerbit, penyalur,
pembaca/target market, terakhir adalah penulis. Jika sebuah buku berhasil
diterbitkan maka yang mendapatkan untung adalah market placenya seperti
Gramedia yang sudah mengambil untuk kurang lebih 40% dari harga jualnya.
Sedangkan penulis hanya akan mendapat kurang lebih 5% dari harga jual dan yang
terakhir penerbit yang hanya mendapat keuntungan 3% dari harga jual dengan
resiko yang lebih besar. Penerbit yang akan menanggung resiko terbesar dari
laku atau tidaknya sebuah buku yang dijual di pasaran. Sebab penulis hanya akan
berkurang royaltinya saja jika bukunya tidak laku terjual.
Ada beberapa hambatan tentang literasi
negara kita jika dibandingkan dengan negara lain, di Indonesia masih sangat
jauh. Sebab minat baca bangsa timur itu masih rendah, karena kebanyakan orang
Indonesia memiliki kecenderungan untuk menonton. Maka dari itu tayangan TV dan
juga Youtube saat ini sangat laris di Indonesia. Selain itu, minat bangsa kita
itu bukan menulis tetapi lebih cenderung untuk mengobrol dengan orang lain.
Sehingga sangat sulit untuk bisa mengubah kebiasaan tersebut karena sudah
menjadi suatu budaya.
Maka dengan adanya pelatihan seperti ini
diharapkan mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan tersebut menjadi lebih produktif.
Sebab orang yang pintar menulis biasanya karena dia sering membaca buku. Orang
yang memiliki minat baca tinggi akan menghasilkan tulisan yang baik.
Hambatan selanjutnya adalah apresiasi hak
cipta, maksudnya adalah buku-buku best seller yang laris di Indonesia saat ini
rawan sekali beredar bajakannya. Terlebih ada terbitan berupa e-book yang dapat
dilihat melalui internet. Hal ini tidak bisa dikendalikan lagi oleh penerbit
karena menyangkut mental dan budaya orang Indonesia sendiri.
Selanjutnya Bapak Joko menjelaskan proses
sebuah naskah hingga menjadi buku dengan bagan sebagai berikut.
Dari bagan tersebut pertama penulis
mengirimkan naskah kepada penerbit yang akan dinilai. Jika naskah tersebut
dirasa akan laku dan menguntungkan maka naskah diterima. Lalu penerbit
memberikan surat pemberitahuan permintaan untuk mengirimkan softcopy naskah
secara utuh serta menandatangani surat perjanjian tersebut di atas materai yang
sudah ditempelkan. Jika naskah sudah dikirim maka penerbit akan melakukan
pengeditan terlebih dahulu sampai proses setting. Setelah proses setting
selesai maka akan dibuat cover dan dibuat dami yaitu buku cetakan satu saja
yang menyerupai buku aslinya untuk dikirim kepada penulis supaya dikoreksi agar
tidak ada kesalahan yang fatal. Proses terakhir yaitu buku dikirim kembali ke
penerbit untuk dicetak dan dipasarkan.
Lalu Bapak Joko juga menjelaskan bagaimana
cara memilih penerbit buku yang baik adalah melihat jaringan pemasarannya yang
terpenting. Pilih penerbit yang memiliki jaringan pemasaran nasional, kemudian
kejujuran dalam pembayaran royalty. Karena penulis tidak tahu rekap penjualan
semuanya, sehingga sangat perlu untuk mencari penerbit yang jujur dan dapat
dipercaya.
Selain itu, penulis juga wajib mengetahui
ciri-ciri penerbit yang harus diwaspadai. Sebab kini marak beredar oknum-oknum
tidak bertanggung jawab yang mengaku sebagai penerbit padahal mereka hanyalah
seorang broker naskah yang mencari naskah untuk dijual ke penerbit dan akan
merugikan penulis tersebut. Karena selain rugi finansial, penulis akan merugi
karena nama penulis tidak akan dicantumkan di bukunya sendiri, melainkan nama
orang lain yang telah membelinya.
Selanjutnya ada 4 hal yang akan diperoleh
penulis saat tulisannya berhasil diterbitkan yaitu kepuasan, reputasi, karir,
dan uang. Pertama peningkatan finansial akan diperoleh dari royalty individual
dan rombongan. Kerja sama antara penulis dan penerbit sebenarnya tidak hanya
royalty, tetapi juga dengan dijual putus atau dikontrak sesuai perjanjian awal.
Selain itu penulis akan mendapat keuntungan lain yaitu memiliki kepopularitasan
dan reputasi yang akan menambah rejeki pemasaran bukunya. Sebab dia akan sering
menjadi pembicara di seminar-seminar bergengsi.
Berikutnya juga dijelaskan mengenai sistem
penilaian penerbitan yaitu dengan bagan berikut. Terkadang penerbit tidak akan
melihat bagaimana bobot editorial naskah yang kurang lebih hanya berpengaruh
10%, jika peluang potensi pasar dalam tulisan tersebut dirasa besar yaitu
50%-100%. Sebab hal ini yang akan membuat buku tersebut laku di pasaran dan
mendapat keuntungan besar. Selanjutnya ada bobot keilmuan 30% dan reputasi
penulis 10%.
Dari kriteria tersebut ada empat macam
naskah yang akan diterbitkan yaitu yang pertama tema tak popular penulis
popular (melihat reputasi penulis), kedua tema popular penulis popular (paling
disukai penerbit), tema popular penulis tak popular (penulis baru), terakhir
tema tidak popular dan penulis tidak popular (buku ini yang biasanya akan
ditolak penerbit).
Materi yang disampaikan Bapak Joko dalam
pertemuan kali ini sangat bermanfaat bagi guru-guru yang mengikuti pelatihan.
Sebab dengan informasi dan pengetahuan yang diberikan oleh beliau, membuat kami
terpacu untuk memulai produktif dalam menulis dan berkarya. Memasuki sesi tanya
jawab, Pak Joko menjawab salah satu pertanyaan peserta dengan memberi arahan
jika untuk menerbitkan buku solo pertama kali alangkah lebih baik membayar
sendiri. Sebab dengan mencetak buku sendiri dan disebarluaskan kepada
rekan-rekan yang lain maka akan membuat pangsa pasar baru. Sehingga untuk karya
yang kedua dan selanjutnya kita sudah memiliki pasar sendiri untuk menjual buku
kita.
Beliau juga menjelaskan bahwa Penerbit ANDI
bisa saja menerbitkan autobiografi. Akan tetapi dengan catatan bahwa
autobiografi tersebut adalah tokoh-tokoh nasional yang terkenal. Sebab
autobiografi biasanya bukan berupa tokoh, hal ini yang membuat penerbit
berpikir dua kali untuk menerbitkannya. Bapak Joko juga memberi saran kepada
Omjay yang bertanya hal tersebut bahwa jika ingin menulis autobiografi pilihlah
judul yang inspiratif sehingga menarik perhatian pembaca meskipun isinya
biografi.
Selanjutnya Bapak Joko juga memberitahu
kisaran halaman yang sesuai dengan judul buku. Beliau mengatakan jika jumlah
halaman sebuah buku harus sesuai dengan judulnya. Sesi tanya jawab pun sudah
selesai. Ibu Rita sebagai pembawa acara juga mempersilakan Bapak Joko untuk
memberikan closing statement.
Sampailah di penghujung acara yang ditutup
dengan statement Bapak Joko sebagai berikut, “jika ada lima ekor burung hinggap
di dahan, tiga di antaranya ingin terbang. Maka berapakah jumlah burung yang
masih hinggap di pohon? Jawabannya adalah lima, karena yang tiga belum terbang
melainkan baru ingin. Sama halnya dengan pertanyaannya berapa yang ingin
menjadi penulis yang sudah menulai menulis? Tidak hanya ingin menulis.”
Hari,tanggal : Jum'at, 30 April 2021
Pertemuan ke : 12
Tema : Penerbit Mayor
Nara Sumber : Bapak Joko Irawan Mumpuni
Gelombanng : 18
Keren resumenya. Semangat selalu..
BalasHapus