Senin, 26 April 2021

Mental dan Naluri Penulis


 Alhamdulillah, walau dikegiatan yang sangat padat, saya masih dapat meluangkan waktu untuk membuat resume pertemuan ke-9. Lebih baik terlambat dari pada tidak mungkin itu kata-kata yang tepat untuk diri saya.

Pertemuan ke-9 kali ini sebagai moderator adalah Ibu Aam Nurhasanah dan nara sumbernya  Ibu Ditta Widya Utami,S.Pd.Gr. Tema yang diangkat pada siang hari ini adalah Mental dan Naluri Penulis


"Assalamu'alaikum WrWb", sang moderator menyapa kepada seluruh peserta dan nara sumber dengan hangat dan akrab. BU Aam panggilan akrabnya, menceritakan perkenalan dengan narasumber Ibu Ditta  yaitu saat menjadi moderator di kelas sebelumnya. Neng Ditta begitu beliau memanggil nara sumber, adalah alumni pelatihan menulis gelombang 7 yang bukunya tembus ke penerbit mayor.Beliau kelahiran tahun 1990 dua tahun lebih muda dari saya tetapi prestasinya luar biasa, begitu bu Aam memuji Nara sumber. Yok kita tengok profil nara sumber kita kali ini di https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html




Bu Aam mempersilahkan narasumber untuk memulai materinya, dan dibuka dengan salam, dan menanyakan kabar kepada Bapak Ibu peserta pelatihan. Bu Ditta mengawali materi yang bertema Mental dan Naluri Seorang Penulis membagi menjadi dua Sub pokok bahasan yaitu :

A. Mental Seorang Penulis

Antara teknik  menulis dan mental seorang penulis adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan, begitu beliau menjelaskan. Ibarat jiwa dan raga , teknik menulis dan mental penulis keduanya harus ada agar penulis dan tulisannya bisa "hidup".
Teknis menulis yang dimaksud adalah mencakup kemampuan seseorang dalam menulis. Mulai dari memilih kosa kata,kemampuan membuat outline,pemahaman mengenal gagasan utama,berbagai jenis tulisan, serta pengetahuan lain yang bersifat teknis.
Sedangkan mental penulis merujuk pada kondisi psikologis atau batin si penulis itu sendiri.
Mental apa saja yang harus dimiliki penulis, narasumber menuangkannya dalam bentuk mind map dan video materi di link : https://dittawidyautami.blogspot.com/2021/01/menjadi-narasumber-di-wag-17-pelatihan.html?m=1



Salah satu mental yang harus dimiliki adalah siap belajar. Dibagian mental penulis Ibu Ditta narasumber kita yang keren akan menitik beratkan keseimbangan teknik dan mental penulis.
Berdasar analisis beliau ,dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, maka ada 4 tipe penulis yaitu :
1. Dying writer
2. Dead man
3. Sick people
4. Alive
 Penjelasan :

 1. Dying Writer ( Penulis yang sekarat )

Termasuk dalam katagori ini adalah mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis.
Seolah hidup enggan mati tak mau. Misalnya ikut pelatihan menulis setengah hati ( lemah mental ) dan tidak mau berkarya membuat tulisan ( yang bisa jadi karena lemah teknik,tidak tahu bagaimana harus menulis, mendapatkan ide dan sebagainya ). 
Tipe ini bukan berarti tak mampu membuat tulisan. Hanya saja diperlukan upaya ekstra agar orang-orang ini mau hidup sehat kembali untuk menulis. Ibaratnya menjadi penulis hanya sebatas angan-angan tanpa aksi nyata.

2. Dead Man ( mati )
Sesuai namanya tulisan dari katagori ini "mati". Tidak diketahui keberadaannya. Terkubur di folder laptop.Terbungkus lembaran diary,atau notes yang ada di hp. Belum terpublish.
Tekniknya ada( sudah mampu menulis),hanya mentalnya masih lemah (malu,takut dikritik,dan sebagainya) sehingga tidak berani mempublish tullisan. Belum berani membuat buku atau artikel. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni.

3. Sick People

Orang-orang dalam kelompok ini adalah yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya.
Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisannya dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya. Misalnya typo,penggunaan kata yang sama berulangkali,paragraf yang terlalu panjang dan sebagainya.
Obat bagi katagori ini adalah terus menulis, tingkatkan jam terbang dalam menulis. Insya Alloh dengan sendirinya akan sembuh. Karena semakin banyak menulis semakin banyak review, semakin banyak membaca sehingga bisa meminimalkan  kesalahan dalam penulisan karya.


4. Alive

  Alive adalah penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak  saat pemiliknya  bernyawa. Orang -orang dalam kelompok ini sudah bisa dikatakan" ahli" menulis (kuat teknik serta kuat mentalnya ), cirinya mudah meski tingkat ahli ada pemula,menengah  dan sangat ahli tetapi secara umum kita bisa mengenali mereka.
Menulis sudah seperti kebutuhan primer seperti makan. Ibaratnya  jika tak makan  akan lapar, begitu pula dengan mereka yang hidup dalam menulis. Akan lapar menulis bahkan jika sehari saja tak membuat tulisan.

Ciri dari kelompok ini tentu saja seperti juara lomba menulis, bukunya tembus  di jurnal nasioanl,di media masa dan lain lain.
Kelompok Alive termasuk katagori pembelajar sejati. Selalu berproses ,mampu menghadapi tantangan menulis, walaupun puasa tetap nulis, sibuk tetap nulis. Seperti Omjay, Mr Bams,Bu Kanjeng,Pak H.Thamrin, Bu Aam, termasuk Bapak Ibu peserta pelatihan tetap membuat resume. "Apakah kita bisa menjadi Alive ?  tentu BISA ! " begitu narasumber membakar semangat para peserta pelatihan menulis gelombang 18 ini." Yang penting terus aktif menulis dan pupuk mental penulisnya" lanjut beliau.

Dari hasil kuisioner yang dibagikan peserta, ada pertanyaan "Apa yang Anda takutkan  ketika menulis atau mempublish tulisan ?". Ternyata dari 30 jawaban yang masuk , bisa dikatagorikan menjadi 2 macam ketakutan,yaitu :
1. Takut terkait teknik penulisan (misal takut tidak sesuai kaidah penulisan,tidak sesuai aturan penerbit,alur dan pesan tulisan  yang masih belum tampak, serta ketakutan lain yang sejenis )

2. Ketakutan yang berhubungan dengan (penilaian) dari orang lain. Misal takut dicemooh , diejek,tidak dibaca dan sebagainya.
Ada 3 orang yang menyatakan tidak memiliki ketakutan. Inilah yang patut kita contoh.

Teknik menulis akan membaik jika kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus melatih diri mempublikasikan tulisan kita  agar dibaca orang lain.

B. Naluri Penulis
 Dari arti kata Naluri  menurut KBBI online, na-lu-ri yaitu
1. Dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir.
    Pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk  berbuat sesuatu,insting.
2. Psi
    Perbuatan atau reaksi yang sangat majemuk dan tidak dipelajari  yang dipakai untuk mempertahankan hidup, terdapat pada semua jenis makhluk hidup.

 Penulis sejati berangkat  dari keresahannya. Membuatnya berbuat melalui "tulisan". Ia mengubah dunia dengan tulisan. Mengubah orang-orang melalui goresan tintanya.
Orang yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan.
Contoh :
Ada banjir  yang melanda, banyak orang mengungsi, dilihat olehnya kemudian hatinya tergerak untuk menulis peristiwa tersebut.
Mendengar lagu syahdu yang dapat menjadi renungan,kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.
ini semua contoh naluri penulis.

Kenali diri  dan lingkungan lalu tuangkan dalam bentuk tulisan. Maka karya-karya yang dihasilkan akan mengasah naluri penulis dalam dirinya. Begitu narasumber memaparkan materinya. Beliau juga membagikan tips singkat hasil kuisionernya  yaitu : 

Demikianlah materi yang disampaikan oleh narasumber Ibu Ditta yang sangat cantik dan mempesona dengan segudang karyanya, terimakasih Ibu Ditta, ilmu yang sangat bermanfaat ini. 

Waktu dikembalikan ke moderator untuk dilanjutkan sesi tanya jawab. Pertanyaan diawali oleh sang moderator, yang menanyakan kepada nara sumber sudah berapa judul buku yang terbit dan 1 judul buku yang paling berkesan beserta alasannya. Ibu Ditta menjawab, kalau buku solo yang dicetak sudah ada 3 buku yaitu "Lelaki di Ladang Tebu"( ini kumpulan cerpen pendidikan) ; "Membongkar Rahasia Menulis" (kumpulan artikel saat lomba blog PGRI); "Sepenggal Kisah Corona" ( tentang memoar kehidupan beliau selama satu tahun pandemi,sedang proses cetak). 

Dan yang paling berkesan menurut beliau adalah buku solo pertamanya karena dalam buku tersebut mengisahkan hidup beberapa muridnya yang diubah dalam bentuk cerpen.

 " Menulis dan teruslah untuk menulis. Karena tulisanmu sesungguhnya adalah bentuk asahan dari nalurimu!"  Imam Chumedi,kompasianer, itulah closing dari pemateri hari ini. Moderator menutup kegiatan hari ini dengan bacaan hamdallah. "Ayo buktikan kalau kita bisa menerbitkan buku!" ujar bu Aam sang moderator.


Hari,Tanggal :  Jum'at, 23 April 2021
Tema             :  Mental dan Naluri Penulis
Nara Sumber :  Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr
Gelombang    : 18







   



2 komentar:

  1. Mantap resumenya bu. Super lengkap pokoknya..

    BalasHapus
  2. Wah sudah keren idenya tapi tolong diingat lagi satu paragraph maksimal 4 kalimat dan tetap semangat

    BalasHapus

KMAC#6. DARI KOPRAL JONO HINGGA MAYOR JONO

  KMAC#6. DARI KOPRAL JONO HINGGA MAYOR JONO Ini adalah kisah perjalanan hidupku selama mendampingi suami yang seorang anggota TNI-AD. Disin...